AHMADIYAH MENIPU ! (LIMA PERKARA TOLAK AHMADIYAH)...

Dimuat di Harian Republika, OPINI, tanggal 28 Mei 2008.
Tulisan ini pernah dimuat di Harian Republika akhir Mei 2008, namun mengalami pengeditan di sana-sini oleh pihak Republika sehingga tidak utuh lagi. Di website ini, tulisan tersebut diturunkan secara utuh agar dapat dipahami secara utuh pula.
Membaca tulisan Shamsir Ali di Republika, Jum’at 23 Mei 2008, yang berjudul Ahmadiyah Menjawab, saya memandang perlu untuk menanggapi, karena penuh dengan penipuan dan penyesatan.
Shamsir Ali hanya mengemukakan ”sejumlah persamaan” antara Ahmadiyah dan Islam, sambil menyembunyikan ”segudang perbedaan” antara keduanya, lalu mengambil kesimpulan bahwa Ahmadiyah sama dengan Islam. Padahal, kita sama tahu bahwa banyaknya persamaan antara monyet dan manusia tidak berarti monyet itu sama dengan manusia, karena banyak perbedaan mendasar antara keduanya. Begitu pula antara Ahmadiyah dan Islam, terlalu banyak perbedaan antara keduanya dalam hal yang sangat prinsip
Disini, saya akan menyoroti tulisan Shamsir Ali terkait 5 (lima persoalan).

Pertama, soal kenabian. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Khaatamun Nabiyyiin, tapi dengan makna Stempel Para Nabi atau Semulia-mulianya Para Nabi, bukan dengan arti Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah terkadang menerima Muhammad sebagai Penutup Para Nabi, tapi dibatasi hanya nabi yang bawa syariat yang ditutup, sedang nabi yang tidak bawa syariat tetap ada sampai akhir zaman.
Dalam kitab Tadzkirah hal 493 brs 14 tertulis bahwa Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dijadikan sebagai Rasul, dan di hal 651 brs 3 tertulis bahwa Allah memanggil MGA dengan panggilan Yaa Nabiyyallaah (Wahai Nabi Allah).
Shamsir Ali pura-pura memuji Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang istimewa dan termulia, padahal dalam kitab Tadzkirah hal 192, 368, 373, 496 dan 579 disebutkan bahwa MGA adalah makhluk terbaik di alam semesta yang mendapat karunia Allah yang tidak pernah didapat oleh selainnya. Selain itu, Shamsir Ali menyatakan bahwa MGA adalah Al-Masih, padahal dalam Tadzkirah disebutkan bahwa MGA bukan hanya Al-Masih, tapi MGA adalah Al-Masih putra Maryam ( Hal 192, 219, 222, 223, 243, 280, 378, 380, 387, 401, 496, 579, 622, 637 dan 639). Disini, Shamsir Ali berusaha menyembunyikan ”keanehan aqidah” nya.
Tidak sampai disitu ”keanehan aqidah” Ahmadiyah. Dalam kitab Tadzkirah hal 412 brs 2 dan hal 436 brs 2-3 tertulis bahwa MGA disamakan dengan anak Allah, dan di hal 636 brs 13 disamakan pula dengan ’Arsy. Lebih dari itu, Tadzkirah menyebutkan bahwa kedudukan MGA sama dengan ketauhidan dan keesaan Allah (Hal 15, 196, 223, 246, 368, 276, 381, 395, 496, 579, 636). Lalu MGA menyatu dengan Allah dan menjadi Allah, lalu MGA lah yang menciptakan langit dan bumi (Hal 195-197, 696 dan 700). Sedang di hal 51 brs 4 tertulis firman Allah kepada MGA Yaa Ahmad yatimmu ismuka wa laa yatimmu ismii (Hai Ahmad, sempurna namamu, dan tidak sempurna nama-Ku). Lihat juga di hal 245, 277 dan 366.

Kedua, soal Kitab Suci. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, taapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci terakhir. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Al-Qiur’an sebagai Kitab Suci terakhir, tapi dibatasi hanya sebagai wahyu syariat yang terakhir, sedang wahyu non syariat tetap ada sampai akhir zaman. Menurut Ahmadiyah bahwa kitab Tadzkirah adalah kumpulan wahyu suci dari Allah SWT kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kedudukannya sama dengan kitab suci.
Shamsir Ali boleh mengelak tentang penisbahan penulisan Tadzkirah kepada MGA, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa isi kandungan Tadzkirah memang berasal dari MGA, karena isi Tadzkirah - menurut Ahmadiyah - adalah kumpulan wahyu Allah SWT kepada MGA. Dan dia juga tidak bisa mengelak bahwa yang tulis, cetak, perbanyak dan sebarluaskan Tadzkirah ke seluruh dunia adalah Ahmadiyah sendiri. Dalam 12 poin komitmen Ahmadiyah - Departemen Agama RI tertanggal 14 Januari 2008 dinyatakan bahwa Tadzkirah adalah catatan pengalaman rohani MGA.
Penting diketahui, bahwa di awal kitab Tadzkirah tertulis bahwa Tadzkirah adalah Wahyun Muqoddas (Wahyu yang suci). Di hal 43 brs 8, tertulis ucapan Mirza Ghulam Ahmad Khoothobani Robbii wa Qoola (Tuhanku bicara langsung kepadaku dan berfirman). Di Hal 278, 369, 376 dan 637 tertulis bahwa Allah menurunkan Tadzkirah di sekitar Qodiyan. Di hal 668 brs 12 tertulis bahwa Mirza Ghulam Ahmad sama dengan Al-Qur’an dan dia akan mendapatkan Al-Furqon.
Nah, bagaimana bisa disamakan antara Islam yang beriman bahwa Muhammad adalah Penutup Para Nabi dan bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci terakhir, dengan Ahmadiyah yang ”beriman” bahwa setelah Muhammad saw ada nabi baru bernama MGA, dan bahwa setelah Al-Qur’an ada kitab suci baru bernama Tadzkirah yang diturunkan kepada MGA di Qodiyan – India ? Bagaimana pula bisa disamakan antara Islam yang beraqidahkan lurus dan benar, dengan aqidah aneh Ahmadiyah yang meyakini bahwa MGA makhluk yang termulia, dan namanya lebih sempurna dari nama Allah, serta bahwa MGA sama dengan ’Arsy dan anak Allah, bahklan menyatu dengan Allah dan jadi Allah ? Ini adalah persoalan Ushuluddin yang sangat prinsip dan mendasar.

Ketiga, soal Ahmadiyah antek kolonialisme, bukan fitnah, tapi MGA sendiri yang mengaku. Dalam kitab Ruhani Khazain yang merupakan kumpulan karya MGA, Vol 3 Hal 21, MGA menyatakan kesediaan berkorban nyawa & darah bagi Inggris yang saat itu menjajah India. Dan di hal 166 pada Vol yang sama, MGA mewajibkan berterima-kasih kepada Inggris yg diakui sebagai pemerintah yg diberkahi. Di Vol 8 Hal 36, MGA mengaku sbg Pelayan Setia Inggris, lihat juga di Vol 15 Hal 155 & 156. Dan puncaknya di Vol 16 Hal 26 dan Vol 17 Hal 443, MGA menghapuskan Hukum Jihad.
Perlu dicatat, bahwa di tahun 1857, tatkala terjadi pemberontakan besar yang dilakukan kaum muslimin India terhadap penjajah Inggris, ayah MGA yang bernama Ghulam Murtaza (Muartadha) ikut dalam pasukan Inggris untuk membantai kaum muslimin. Hal ini MGA sendiri yang cerita dalam kitab Tuhfah Qaishariyah Hal.16.
Dan itulah sebabnya Ahmadiyah disayang dan dipelihara Inggris hingga hari ini. Dan itu pula yang menjadi sebab Belanda tertarik untuk menghadirkan Ahmadiyah di Indonesia pada tahun 1925. Para Pelajar Jawa – Sumatera di India yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai pembawa Ahmadiyah ke Indonesia hanya kamuflase. Intinya mereka adalah antek Belanda.Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang di Indonesia tidak ada seorang Ahmadiyah pun yang terlibat. Ada pun nama seorang Ahmadiyah yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai anggota Panitia Pemulihan Pemerintahan RI dan mendapat Bintang Jasa Kehormatan dari Pemerintah RI masih harus diteliti dan diperiksa kebenarannya. Kalau pun benar, itu tidak berarti menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Banyak antek penjajah saat menjelang kemerdekaan RI balik badan secara tiba-tiba untuk mendukung pemerintah RI. Mereka menyalip di tikungan dan menjadi pahlawan kesiangan. Mereka adalah para pengkhianat yang mencari selamat dan manfaat.

Keempat, soal legalitas Ahmadiyah di Indonesia. Memang, Ahmadiyah pernah dilegalkan berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI No. JA / 23 / 13 tgl 13 Maret 1953 yang kemudian dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No.26 tgl.31 Maret 1953. Tapi patut diperhatikan, bahwa SK tersebut sudah kadaluwarsa dan secara hukum tidak berlaku dengan adanya Perpres No.1 Th.1965 tentang Penodaan Agama dan KUHP Psl. 156a tentang Penistaan Agama. Karenanya, legitimasi Ahmadiyah terus dikoreksi secara bertururt-turut melalui berbagai SK yang melarang Ahmadiyah di berbagai daerah, antara lain : SK Kejari Subang – Jabar Th.1976, SK Kejati Sulsel Th.1977, SK Kejari Lombok Timur Th.1983, SE Dirjen Bimas Islam – Depag RI Th.1984, SK Kejari Sidenreng – Sulsel Th.1986, SK Kejari Kerinci – Jambi Th.1989, SK Kejari Tarakan – Kaltim Th.1989, SK Kejari Meulaboh – Aceh Barat Th.1990, SK Kejati Sumut Th.1994, SKB Muspida Kuningan – Jabar Th.2003, SKB Muspida Bogor – Jabar Th.2005, Rekomendasi Bakorpakem 18 Jan 2005 & 16 April 2008.

Kelima, soal prestasi dunia Ahmadiyah. Shamsir Ali begitu bangga dengan banyaknya cabang Ahmadiyah di dunia, pembangunan tempat ibadah, sekolah, stasiun televisi, dan sebagainya. Lalu Shamsir Ali menjadikan semua itu sebagai bukti kebenaran Ahmadiyah. Itu sama sekali tidak berarti, karena tidak menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Apakah keberhasilan Yahudi dan Nashrani di dunia berarti bahwa mereka benar dan lurus ?! Sekali-kali tidak. Begitu juga keberhasilan Ahmadiyah. Itu semua adalah istidraaj.

Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa Islam sangat menghargai Kebebasan Beragama, tapi Islam tidak pernah mentolerir Penodaan Agama. Islam mengharamkan pemaksaan umat agama lain untuk masuk ke dalam agama Islam, bahkan mengharamkan segala bentuk penghinaan dan gangguan terhadap umat agama lain. Dalam pandangan Islam, bahwa agama lain seperti Kristen , Budha dan Hindu, memiliki agama dan konsep ajaran sendiri, sehingga mereka mesti dihargai dan dihormati, serta tidak boleh diganggu selama mereka tidak mengganggu Islam. Inilah Kebebasan Beragama. Sedang Ahmadiyah mengatasnamakan Islam tapi menyelewengkan ajaran Islam, sehingga mereka sudah menyerang, mengganggu dan merusak Islam. Itulah Penodaan Agama. Karenanya, mereka mesti dilawan dan dilenyapkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.

Jakarta, 23 Mei 2008

Penulis
Oleh : Hb. Muhammad Rizieq Syihab, Lc, MA.
Ketua Umum Front Pembela Islam
Ketua Rabithoh ‘Alawiyah
Anggota Majelis A’la Dewan Imamah Nusantara
Sumber : fpi.or.id
Baca Selengkapnya...>>

SHOLAT TAHAJUD-MELEPAS TIGA SIMPUL IKATAN SYETAN

Allah subhaanahu wa ta’aala menganjurkan ummat Islam untuk bangun malam menegakkan sholat malam atau tahajjud atau qiyamul-lail. Hal ini sebagai tambahan yang akan membawa banyak manfaat bagi seorang muslim.


وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

”Dan pada sebahagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Israa ayat 79)

Muslim yang sholat tahajjud dijanjikan Allah ta’aala akan diangkat derajatnya ke tempat terpuji. Oleh karenanya Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam tidak pernah membiarkan malam berlalu tanpa bangun untuk sholat tahajjud. Bahkan dalam suatu kesempatan isteri beliau, Aisyah radhiyallahu ’anha tampak tidak tega melihat akibat lamanya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam berdiri dalam sholat.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ
رِجْلَاهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

Apabila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sholat beliau berdiri hingga kedua kaki beliau pecah-pecah. Maka Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: “Ya Rasulullah, mengapa engkau berbuat demikian padahal telah diampuni segenap dosamu yang lalu dan yang akan datang.” Maka beliau bersabda: ”Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Muslim 13/442)

Tapi bagi orang yang belum terbiasa melaksanakan sholat malam ia akan merasakannya sebagai suatu ibadah yang sangat berat. Dan biasanya faktor yang paling menghambat adalah ketidakberdayaannya melawan nafsu tidurnya. Apalagi bagi mereka yang super sibuk di siang hari sampai malam hari. Mereka cenderung akan menganggap sholat tahajjud sebagai sholat sunnah yang dirasa tidak terlalu penting. Padahal walaupun ia berstatus hukum sunnah bukan wajib, tetapi faktanya menunjukkan bahwa tidak satu malampun Nabi shollallahu ’alaih wa sallam pernah meninggalkan praktek sholat tahajjud. Hal ini menggambarkan betapa besar keistimewaan sholat tahajjud.

Bahkan sahabatpun pernah ketiduran sehingga terlewat melakukan sholat malam. Dalam hal ini Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan bahwa orang yang tertidur sampai subuh sehingga tidak melaksanakan sholat malam berarti telinganya telah berhasil dikencingi syetan ketika sedang tidur malam.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ
فَقِيلَ مَا زَالَ نَائِمًا حَتَّى أَصْبَحَ مَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ فَقَالَ بَالَ الشَّيْطَانُ فِي أُذُنِهِ

Dari Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ’anhu, dia berkata: “Disebutkan tentang seseorang di hadapan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dengan mengatakan: ”Ia senantiasa tidur hingga subuh, ia tidak bangun untuk sholat.” Maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan telah kencing di telinganya.” (HR Bukhary 4/313)

Maka, alhamdulillah kita ummat Islam memperoleh bimbingan langsung dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bagaimana kiat mengatasi kemalasan untuk bangun sholat malam. Dan ternyata dalam hadits ini kita diajarkan perkara ghaib yang tidak mungkin bakal kita ketahui kecuali lewat informasi kenabian yang Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sendiri tentu dapatkan dari Allah ta’aala Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib maupun nyata. Rupanya saat manusia sedang tidur malam syetan bekerja keras untuk menghalanginya dari bangun mengingat Allah ta’aala dan beribadah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ إِذَا هُوَ نَامَ ثَلَاثَ عُقَدٍ يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ فَارْقُدْ فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ تَوَضَّأَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ النَّفْسِ وَإِلَّا أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلَانَ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Syetan akan mengikat tengkuk salah seorang di antara kamu apabila ia tidur dengan tiga ikatan. Syetan men-stempel setiap simpul ikatan atas kalian dengan mengucapkan: Bagimu malam yang panjang maka tidurlah. Apabila ia bangun dan berdzikir kepada Allah ta’aala maka terbukalah satu ikatan. Apabila ia wudhu, terbuka pula satu ikatan. Apabila ia sholat, terbukalah satu ikatan. Maka, di pagi hari ia penuh semangat dan segar. Jika tidak, niscaya di pagi hari perasaannya buruk dan malas.” (HR Bukhary 4/310)

Jadi, ada tiga langkah yang harus dilakukan seorang muslim agar lebih mudah bangun di tengah malam.

Pertama, saat ia terjaga hendaknya ia langsung mengingat Allah ta’aala. Di antaranya bisa dengan mengamalkan hadist di bawah ini. Ini menjadi pelepas simpul ikatan syetan pertama.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَحْيَا
وَ أَمُوتُ وَإِذَا قَامَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Apabila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam beranjak ke tempat tidur, beliau mengucapkan: “Dengan nama-Mu ya Allah aku hidup dan aku mati.” Jika beliau bangun beliau mengucapkan: ”Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami dan kepada-Nya kami dikembalikan.” (HR Bukhary 19/374)

Kedua, segera berwudhu. Ini menjadi pelepas simpul ikatan syetan yang kedua.

Ketiga, segera menegakkan sholat malam. Usahakan sejumlah sepuluh rakaat tahajjud dan satu rakaat witir.

InsyaAllah jika ketiga langkah di atas konsisten dikerjakan maka di pagi seseorang akan menjadi bersemangat dan segar. Siap untuk mengisi harinya dengan berbagai amal sholeh, ibadah, da’wah dan jihad.

Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/melepas-tiga-simpul-ikatan-syetan.htm
Baca Selengkapnya...>>